Jumat, 08 Januari 2016

Analisis: 'Teknologi Jangan Cuma Diadopsi, Manfaatkan untuk Inovasi'

Raksasa elektronik Intel masih melihat Indonesia dan sejumlah negara lainnya di kawasan Asia seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan India sebagai pasar potensial untuk pengadopsi teknologi komputasi di 2016 ini.


"Salah satu pemicunya adalah pertumbuhan pasar dari kelas menengah," ulas Country Manager Intel Indonesia Harry K Nugraha dalam keterangan yang diterima detikINET, Selasa (5/1/2015).

Sejumlah negara ini dianggap sebagai pasar potensial untuk mengadopsi teknologi komputasi baru jika melihat perkembangan koneksi internet broadband, baik kabel maupun nirkabel, yang semakin luas.

Beberapa poin penting dari perkembangan ini adalah adopsi perangkat komputasi mini, antarmuka sensorik baru, smart device, big data, cloud, kamera depth-sensing, hingga robotika melalui teknologi Internet of Things (IoT).

Di Indonesia, menurut Harry, IoT dapat diimplementasikan dalam beberapa aspek, seperti lokasi mikro, transportasi masyarakat cerdas, respons yang cepat dalam situasi darurat, serta pembayaran digital.

"Teknologi seperti ini juga dapat digunakan untuk mendukung pengembangan kota pintar yang akan direncanakan di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya," jelasnya.

Meskipun negara-negara berkembang ini sudah melek teknologi, namun sayangnya, masih banyak pengguna yang hanya sekadar menjadikan smartphone maupun tabletnya hanya sebagai alat untuk mengakses internet saja.

Adopsi teknologi sejauh ini dinilai masih bersifat konsumerisme saja. Belum benar-benar dimanfaatkan untuk mendorong inovasi, memecahkan masalah, dan membuat konten yang bermanfaat dengan PC.

"Di India, Intel memimpin inisiatif untuk membangun 100 pusat komputasi di desa-desa terpencil untuk menunjukkan nilai dari PC untuk konsumen pedesaan," kata Harry.

Ia juga menjelaskan bahwa sisi kebalikan di pasar negara berkembang adalah bahwa tidak adanya tradisi warisan memberikan developer kesempatan untuk berinovasi dengan teknologi untuk melompati negara-negara lain.

"Di Indonesia, ada momentum nyata di antara startup yang dikembangkan generasi muda. Sebagai contoh yang baik adalah Go-Jek, aplikasi mobile baru yang memungkinkan orang untuk memesan transportasi roda dua dan menghindari kemacetan lalu lintas," kata Harry.

Oleh karena itu, di tahun 2016 ini, Intel bertekad untuk menggenjot kembali inovasinya agar bisa menjadi faktor multiplier untuk kekuatan dari Asia Pasifik dan Jepang.

Dari inovasi teknologi ini diharapkan, populasi kelas menengah semakin makmur, lahir budaya startup, ekosistem teknologi yang berkembang, dan generasi muda yang menjadi pengadopsi terkemuka di dunia teknologi.

"Dunia konektivitas di mana-mana akan datang dan mulai mendorong nilai baru bagi individu dan masyarakat, Intel yakin bahwa masa depan komputasi sangat cerah," pungkas Harry.


Analisis:

Teknologi sudah selayaknya digunakan secara maksimal dan efisien. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kemajuan dari sebuah negara. Jika teknologi hanya sebatas digunakan  (tidak maksimal) maka sungguh sia-sia teknologi yang sudah dibeli itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar