Senin, 21 Maret 2016

Contoh Kasus Penalaran


Ahok Pahami Sopir Taksi yang Demo: Mereka Menuntut Keadilan

Gubernur DKI Basuki T Purnama (Ahok) bisa memahami para sopir taksi yang berunjuk rasa di Jakarta. Demonstran merasa berada dalam kondisi tidak adil. Maka para sopir taksi konvensional memerlukan peraturan perlu ditegakkan.

"Itu mesti balik lagi dan mereka menuntut keadilan. Bagi siapapun kalau selama adil maka tidak ribut," kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (22/3/2016).

Ahok menjelaskan, selama ini taksi daring (online) bisa mengenakan tarif lebih murah ke konsumen karena mereka tidak membayar kewajiban. Di sisi lain, perusahaan taksi konvensional harus memenuhi kewajiban membayar berbagai hal.

"Yang menggunakan taksi daring ini murah, bahkan bisa setengah harga. Murah karena tidak ada kewajiban bikin pool, tidak ada kewajiban punya bengkel, tidak bayar pajak, dan kewajiban pelihara karyawan," tutur Ahok.

Maka semuanya, termasuk taksi daring, harus mengikuti peraturan. Taksi daring perlu ditempel stiker penanda. Bila mereka tak punya pool taksi dan tak memenuhi kewajiban, maka menurut Ahok ini tetaplah salah.

"Tidak perlu ada pool taksi, enggak ada asuransi, enggak bayar pajak penghasilan. Ya lebih murah. Tapi kan itu enggak benar. Tanggung jawab kepada penumpang bagaimana? Enggak ada," kata Ahok.

Namun Ahok mengatakan demonstrasi tidak boleh anarkis. Bila demonstran melakukan aksi destruktif, Pemprov DKI juga bekerjasama dengan kepolisian untuk menindak tegas.

"Enggak ada yang bela-bela. Kalau yang anarkis maka kita sikat," kata dia.

Ahok tetap menyatakan keadilan harus diwujudkan, termasuk dalam persaingan taksi konvensional dan taksi daring ini.

"Semua lapangan tandingnya harus rata (adil)," tandas Ahok.


Kesimpulan:
Terdapat penalaran deduktif di dalam artikel ini. Konsep:

Semua manusia harus mendapat keadilan
Supir taksi adalah manusia
Karena itu supir taksi harus mendapat keadilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar